Selasa, 14 Agustus 2012

PUASA, MA’SIAT dan NORAK BUANGET


Oleh: Saiba Al-Bangkalani

 Norak banget nih orang….! seloroh batinku saat melihat muda-mudi berboncengan sambil melakukan perbuatan “kurang beradab”. Ceritanya begini; saat dalam perjalanan pulang dari kampus sore hari, di depan saya sepasang muda-mudi berboncengan.
Terlihat jelas dari jarak dekat; sambil dibonceng,  tangan kanan si cewek merangkul, sedang tangan kirinya -sepenglihatan saya dari belakang, mungkin benar, mungkin salah - meraba-raba anu (property) cowoknya, atau jangan-jangan merogoh kantong celana cowoknya, hahay….yang jelas si cewek meraba-raba Batin saya, “kok sempat-sempatnya….”..
Tentu saja peristiwa ini sungguh di luar dugaan dan sangat “menguntungkan” saya. Sekali lagi,  sungguh saya sangat “beruntung”:
  1. saya melihat “tontonan” gratis yang sangat jarang bisa dinikmati di muka umum
  2. Beruntung seloroh batin saya (Selorohku; Norak banget nih orang….!) tidak kedengaran mereka. Andai saja mereka mendengar seloroh batin saya, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi;
·         mereka akan memisuhi saya
·         bisa jadi mereka mengatakan begini, “halah jangan munafik lu, jangan sok suci lu…dulu ente juga seperti guwe, ente juga senang”. untuk adegan seperti ini “porkelap” saya tidak pernah melakukan
·         mungkin juga mereka akan mengatakan begini,” salah lu ngapain mata lu perhatiin guwe”. Nah ane harus jawab apa?????
·         atau bisa saja mereka bilang begini, “ ente ngiler ya, ikutankah??” Nah….apa yang harus kulakukan dapat tawaran menarik begini
  1. untungnya hari  ini bulan puasa, dan saya berpuasa , setidak-tidaknya saya beristighfar,” astagfirullah….”.
  2. Untungnya lagi saya sudah punya istri, kalau tidak, anda bisa bayangkan, begitu sampe rumah apa yang terjadi setelah melihat “tontonan gratis” itu.
  3. Beruntung dosa itu tidak berbentuk bisul, bayangkan kalau menikmati tontonan tadi juga berdosa, berapa bisul yang akan tampak di wajah saya, gara-gara menikmati “atraksi gratis” tersebut.
  4. “Tontonan gratis” tadi membuat saya berfikir, dan mendapatkan hikmah yang sangat besar, diantaranya;
·         Saya berfikir, “ Apakah atraksi demikian sudah merata di Indonesia???”, jika iya,“ berapa lama lagi kiamat ini akan terjadi”, kalau tidak, maka peringatan/ bencana apa lagi yang akan ditimpakan Tuhan.  untuk yang ini mohon dengan sangat anda jangan menjawab begini, “ Sana nanya sendiri sama Tuhan”.
·         Saya berdoa kepada ALLAH SWT, kira-kira begini, “ Ya Allah….lindungilah kami dan anak keturunan kami –apalagi anak saya yang pertama perempuan- dari kemurkaanMU dan perbuatan-perbuatan yang ENGKAU larang, jadikanlah mereka orang-orang yang solihin dan solihah
·         Saya berdoa bukan hanya untuk keluarga saya saja, semuanya semoga dalam perlindungan ALLAH SWT..
  1. saya beruntung melihat “atraksi gratis” ini, setidaknya saya makin memahami bahwa hidup ini bukan semata-mata hitam putih saja, justru adanya atraksi, bahkan mungkin “kebejatan” manusia inilah yang menyebabkan ada kiai, ustadz, guru dan lain sebagainya.
Tapi, ketahuilah, bahwa “Puasa adalah setengah dari kesabaran.” Sabar terdiri dari tiga macam
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Sabar dalam menjauhi segala hal yg diharamkan Allah SWT.
3. Sabar terhadap taqdir atau ketentuan Allah SWT yg menyakitkan.

Terlepas dari itu semua, sesampainya di rumah, saya “terpaksa” membuka catatan-catatan kearifan almarhum ramanda, intinya begini;
  1. Ma’siat itu dilakukan siang atau malam –bahkan dalam bulan puasapun- tetap bernama ma’siat, dan ma’siat itu tetap dosa.
  2. Puasa Romadlon itu hanya untuk ALLOH SWT.
  3. Puasa “orang awam” –kata almarhum ramanda- hanyalah sekedar menahan lapar, sedangkan puasa “orang di atas awam” adalah menahan lapar  dan nafsu.
  4. Menghadapi “zaman tidak beradab” ini kita harus berdamai dengan diri sendiri dan berbaik sangka kepada Tuhan
  5. Alloh lah yang mutlak member petunjuk dan hidayah kepada siapa saja, termasuk kepada kita untuk meneladani diri sendiri
Memang di dalam salah satu cara berpikir tasawuf , orang bejat membutuhkan orang baik, sebab orang bejat adalah jalan memperbanyak amal untuk berdakwah, menasehati, mengambil hikmah, menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar. Orang jahat, orang tersesat, orang-orang “berdosa” adalah lahan subur untuk menanam kasih sayang.
Tentu saja, mencermati semua ini tidak perlu kita sekalian mengernyitkan dahi , sungguh menarik apa yang pernah dilontarkan sahabat saya Moh. Ainun Najib ketika di pondok dulu;
 "Tersenyumlah agar segala yang sulit menjadi sedikit mudah...jika terlalu sulit menangislah agar tak menggumpal dan mengendap..hisaplah udara dalam-dalam dan bersyukurlah karna kau masih diberi udara..."
"Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam sorga yang telah Engkau janjikan kepada mereka dari orang-orang shalih di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sungguh Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari balasan kejahatan. Sebab orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada hari itu, sungguh telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Mukmin: 7-9)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes