Kamis, 26 April 2012

KEMASYGULAN CAK IPUL DAN KIAI SABRUN


Tidak seperti biasanya tiba-tiba Cak Ipul menjadi pendiam, sejak tadi duduk di warung kopi diam saja tanpa memperdulikan orang-orang di sekelilingnya . Entah mengapa pikiran Cak Ipul terus berputar membayangkan keadilan Solomon;  memutus perkara seorang bayi yang jadi rebutan dua orang ibu. Setelah itu pikirannya berusaha menjumpai seorang raja yang harus mencongkel salah satu matanya  sendiri sebagai ganti atas hukuman bagi putranya. Kemudian Cak Ipul teringat seorang raja yang menguliti seorang hakim karena curang, kemudian kulit itu dijadikan alas bagi hakim-hakim lainnya dengan isyarat agar berlaku jujur dan adil.
Sementara itu Kiai Sabrun yang duduk di samping Cak Ipul justru membayangkan kemustahilan-kemustahilan negeri ini. Mustahil dinegeri Indonesia yang memiliki falsafah ampuh bernama Pancasila, yang setiap warganya memeluk suatu agama, yang rumah-rumah ibadah bertaburan dimana-mana sebanyak bintang-bintang dilangit, yang di rak-rak dan meja rumah mereka tergeletak kitab-kitab suci, yang setiap acara ceramah, diskusi, pidato, simposium, dialog nasional dan berbagai macam forum lainnya senantiasa didengungkan tema-tema agung seperti, Hak Asasi Manusia, Demokrasi, keadilan dan kebenaran- bisa terus menerus mengalami ketidak pastian dan kemerosotan moral serta “kebatilan rohaniah” (Istilah Agus Ramdani) tanpa ada tanda-tanda akan bisa diatasi.
Tapi apa juga mungkin bahwa mereka itu bersikap iseng belaka dengan Pancasila, agama dan kitab-kitab suci? Betapa menakjubkan, bahwa dimuka bumi ini terdapat manusia-manusia yang begitu independen dan pemberani bersikap angkuh dan  “makar” di depan Maha Dzat yang menciptakannya, yang memelihara detak jantungnya, yang menyediakannya rizeki siang malam, yang membuatnya bisa tertidur dimalam hari dan membangunkannya pula dipagi hari.
Tampaknya kematian hati nurani (Concentia) telah terjadi. Kalau sudah begitu menurut menurut Mbah Gafur, “Disinilah pentingnya etika sebagai kendali moral para penegak hukum. Sebagai kendali moral, etika akan efektif apabila kesadaran nurani seseorang masih berfungsi. Kalau engkau ingin dipercaya oleh rakyat, ungkapkan kejujuranmu, jika anda berbuat adil , maka anda akan mendapat sebuah keridlaan
Akan tetapi akhirnya Cak Ipul dan Kiai Sabrun sudah tenggelam sedemikian rupa dalam suasana traumatik terhadap hukum maupun moral suatu bangsa, mereka tidak sanggup memerdekakan diri dari situasi yang ada. Dan ketidak mampuan semacam itu bukanlah dosa. Bahkan kalaupun mereka masih pesimis terhadap potret penegakan hukum, juga sama sekali bukan kejahatan. Masih banyak dan banyak lagi sebenarnya pertanyaan-pertanyaan Cak Ipul dan Kiai Sabrun yang masih belum terjawab. Singkat cerita, pada saat ”menyeruput” secangkir kopi di depannya, Cak Ipul merasakan semakin terasa pahit, sepahit potret buram penegakan hukum di negeri ini....hengrght....

1 komentar:

Unknown mengatakan...

MAKA DARI ITU DIDIKLAH KADER KADERMU DENGAN ILMU AGAMA YANG LURUS BUKAN YANG BENAR PERBARUI IMANMU ISLAMMU DENGAN CARA YANG BETUL YANG MEMANG DI SUNNAHKAN OLEH RASULULLAH (JADDIDU IMANAKUM JADDIDU ISLAMAKUM) SEMOGA BERJAYA

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes