Selasa, 24 Juli 2012

TADARRUS, SPEAKER DAN NAFSU BIRAHI


Seperti biasa, surau/ musholla kiai Sabrun setelah solat taraweh dianjutkan dengan tadarrus.
Biasanya yang sering tadarrus di musolla Kiai Sabrun ada 4 (empat) orang pemuda anggap saja namanya Marsulan, Mat Tinggal, Dul Qiyam dan Dul Gandul.
Pada saat Marsulan mengaji, suaranya terdengar “masyaALLOH”, bacaan huruf, panjang pendeknya sangat payah, belum lagi lagunya yang dibuat-buat. Pendek kata tidak “karuan” tajwidnya. Mungkin bagi yang mendengarkan dari jarak jauh akan berpikir, mau menyalahkan jauh dari musolla, “menyimak” sangat sulit untuk menikmati
Secara kebetulan pada saat Marsulan ngaji, speker menghadap ke arah barat. begitu selesai wajahnya terlihat berbinar, usut-punya usut berbinarnya wajah Marsulan karena perempuan yang “ditaksir” marsulan, sebut saja Marsiyem ada di sebelah barat Musolla.
Tentu saja Mat Tinggal tidak mau ketinggalan, tiba giliran dia, tiba-tiba Mat Tinggal memutar speker ke arah selatan, alasannya, pacarnya sebut saja Partuni rumahnya ada di sebelah selatan musolla.
Tidak mau kalah, tiba giliran Dul Qiyam mau ngaji, tiba-tiba dia memutar speker ke arah timur, alasannya sama, Dul Qiyam naksir perempuan sebut saja namanya Buri’a rumahnya di sebelah timur Musolla.
Terakhir giliran Dul Gandul ngaji. Sama seperti ketiga sahabatnya, sebelum ngaji dia memutar speker ke arah utara karena rumah pacarnya yang  bernama Markonah, ada di sebelah utara musolla.
Jadi, sejak empat orang tersebut ngaji, empat kali pula speaker berputar arah. Bayangkan, jika semalam ada 20 pemuda yang sama seperti itu, mungkin umur speker di musolla kiai Sabrun tidak akan berumur lima hari, “anchor kabbhi”, belum lagi kebingungan tetangga sekitar yang bertanya-tanya,’ kenapa speker kok berputar-putar”

Jadi, Amma ba’duh, setidaknya ada beberapa hal menarik;
  1. Setidaknya selama ada orang ngaji semoga kiamat ini ditangguhkan oleh ALAH SWT, karena masih ada orang yang membaca ayat-ayatNYA.
  2. Mohon jangan salah sangka, bisa jadi pada awalnya empat sahabat ini menjalankan ritual agama berupa ngaji atas dasar birahi, namun justru empat sahabat tadi suatu saat akan menyadari dan mendapat hidayah dari ALLAH SWT. sedangkan kita????
  3. Oleh karena itu Agama harus benar-benar dipahami sebagai kesatuan nilai-nilai tersebut di atas yang amat personal dan realistis. Sebab itulah penghayatan keagamaan yang baik bisa dilihat dari amal perbuatan, moralitas, serta praktek kehidupan sosial setiap umat.
Sengguh menarik apa yang dinyatakan dalam Al-Quran; Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.(Qs al-Baqarah 2:272).
Jadi, ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa kewajiban manusia hanya sekedar menyampaikan agar sadar akan nilai-nilai luhur suatu agama, selanjutnya, insyaf atau tidaknya seseorang, hanya Tuhan yang menentukan. Dengan kata lain, manusia hanya sekedar berusaha, namun Tuhanlah yang menentukannya.
tentu tak ada cara lain kecuali semua orang yang menganggap dirinya beragama, berusaha memulihkan agama dengan menjadikan agama sebagai norma dalam keseharian. Menjadikan agama bukan sekadar ritual, tapi merasukkan norma-norma agama ke jantung kehidupan keseharian manusia
Hanya dengan sikap bijak dalam menampilkan sisi spiritualitas dan religiusitas terdalam dari suatu agama, maka orang akan terbebas dari belenggu-belenggu lahiriyah. Sebab sisi spiritualitas dan religiusitas agama pada dasarnya memiliki wajah yang lebih humanis, manusiawi, universal.


Semoga bermanfaat, selamat tadarrusan…….

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes